Hariyono Usman
Chick lit relijius atau lebih tepatnya islami merupakan cerita tentang percintaan antara manusia yang dihubungkan dengan unsur-unsur agama Islam. Dengan kata lain, kisah percintaan yang berdasarkan atau secara islami. Kesan islami tersebut segera timbul bila hanya melihat sampulnya yang biasanya menampilkan sesosok wanita atau wajah wanita dan pria, dimana si Wanita biasanya mengenakan jilbab dan si Pria mengenakan kopiah atau semacamnya. Tokoh-tokohnya adalah tokoh-tokoh yang alim (pandai ilmu agama) dan cukup sibuk dan profesional yang waktu senggangnya digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kebaikan dunia dan kebaikan di akhiratnya kelak seperti, sholat, belajar agama, ke perpustakaan, dan mengisi kajian agama. Nama mereka juga menggunakan nama-nama yang islami atau nama yang tidak “trendy” di kalangan orang yang gaul dan trendy pula seperti Farid, Siti Fatimah, Rizqaan, Halimah, Harman, dan Farha. Mereka merupakan tokoh-tokoh yang mampu menunjukkan kemusliman dan kemuslimahannya, tetapi mereka juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai manusia ciptaan Tuhan yang dapat mengganggu identitas mereka sebagai muslim sejati. Mereka hidup di dunia modern tapi tidak terpengaruh oleh aktivitas-aktivitas modern yang bagi mereka tidak mempunyai sama sekali malah bisa menjatuhkan mereka dalam lembah kebinasaan. Namun sebagian mereka juga tidak ketinggalan dengan teknologi modern yang terus megalami perkembangan mulai dari telepon, handphone, serta internet (email). Juga dengan selipan-selipan phrasa Arab yang tak belebihan tapi tepat.
Namun, dibalik itu semua sebenarnya dunia yang digambarkan mempunyai masalah-masalah yang khusus, yang kadang bertentangan dengan apa yang mereka pahami selama ini atau bertentangan dengan identitas mereka sebagi seorang muslim/muslimah. Mereka juga memegang nilai-nilai tertentu yang mereka dapatkan dari hidayah Allah Swt. Tulisan ini akan berusaha mengungkapkan nilai-nilai itu, didasarkan atas tiga buah chick lit relijius yang mempunyai kisah berbeda yang ditulis oleh pengarang. Ketiga chick lit relijius yang dipilih, Sepertiga Malam, Sandiwara Langit, dan Disangkanya Cinta. Ketiga chick lit ini ada yang berupa novel ada juga yang berupa cerpen yakni, Disangkanya Cinta. Namun, yang dilihat bukan novel ataupun cerpennya, tetapi penelitian ini lebih ke isi cerita dari ketiga chick lit ini dengan melihat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Tokoh
Tokoh
Tokoh-tokoh dalam chick lit relijius atau islami, merupakan tokoh-tokoh yang sabar terutama dalam menghadapi masalah terkait dengan aplikasi cinta mereka yang harus diwujudkan dalam bentuk pernikahan dengan bingkai aturan agama Islam. Dalam Sepertiga Malam, Farid sabar dalam menunggu untuk menikahi Siti Fatimah (Sifa) yang dicintainya karena Allah secepatnya. Dimana dalam waktu menunggu itu, terdapat masalah-masalah yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam lembah perzinahan. Dan ini juga akibat keanehan yang terjadi pada diri Farid, yakni bisikan-bisikan yang sering terdengar di telinganya. Namun, Farid bisa mengendalikan itu dengan menahan hawa nafsunya dan segera bertobat kepada Allah. Dalam Sandiwara Langit, Rizqaan dapat menghadapi masalah-masalah yang menghalanginya untuk segera menikahi Halimah yang dicintainya karena Allah, terutama orang tua Halimah yang hanya mau menikahkan anaknya dengan pria yang yang sudah mapan minimal yang kaya dan berpendidikan tinggi. Sementara Rizqaan belum mempunyai kerja ataupun kaya dan hanya mengandalkan ijazah SMA. Namun, semua dapat dihadapi dan diselesaikan dengan baik yang akhirnya menikahi Halimah. Sedangkan dalam Disangkanya Cinta, Harman mencintai Farha yang ternyata sudah mempunyai suami. Namun Harman tetap tegar dan menyerahkan semuanya pada Allah semata. Variasi kisah cinta dalam chick lit relijius ini masih sangat banyak, ada yang berakhir bahagia dan ada pula yang berakhir kesedihan. Namun berakhir senang ataupun sedih, para tokoh ini akan tetap mengingat Allah sebagai Tuhan Yang MahaKuasa atas segala ciptaan-Nya. Sehingga, Perbuatan tokoh dalam cerita yang didukung oleh alur sangat berkaitan dengan tema juga dan nilai-nilai yang dipegang oleh para tokoh.
Sederhana
Tokoh-tokoh dalam chick lit relijius/islami merupakan tokoh-tokoh yang hidup dalam kesederhanaan. Dari pakaian, mereka memakai pakaian yang layaknya dipakai oleh seorang muslim, yakni baju koko (tidak berkelas tapi sopan). Kalau ke kampus, berdagang, ataupun ke kantor, mereka cukup memakai pakaian sopan dan tak mementingkan merk.
Kendaraan mereka juga punya, tapi bukan dipakai untuk dipamerkan karena mereka tidak mementingkan merk apalagi kendaraan terbaru atau tidak. Mereka menggunakan untuk melancarkan kegiatan sehari-hari mereka, terutama untuk kelancaran dakwah. Rizqaan sudah bisa membeli sebuah sepeda motor baru ( Sandiwara Langit: 61), …mereka bisa membeli sebuah mobil baru (Sandiwara Langit: 76).
Mereka semua sebenarnya punya uang untuk membeli barang-barang mewah yang dapat menghibur mereka seperti TV, VCD/DVD, ataupun computer, namun mereka tidak tergoda untuk menikmati itu. Bagi mereka, lantunan ayat-ayat al Qur’an di tape recorder ataupun di MP4, bacaan al Qur’an yang begitu syahdu yang kerap mereka dengan dari orang yang mereka cintai, semuanya sudah menjadi hiburan yang sehat buat mereka.
Mereka lebih suka pergi ke tempat yang bermanfaat seperti perpustakaan, masjid, dan tempat pengajian, dari pada pergi ke diskotik, night club, dan sebagainya. Farid merupakan pemuda yang sering melakukan shalat shubuh di masjid dan rajin ke perpustakaan. Rizqaan sering mengikuti pengajian yang diadakan ustadznya di pondok pesantren. Harman sekolah di pondok pesantren dan senang membaca serta rajin ke perpustakaan.
Mereka juga membaca buku-buku atau kitab-kitab yang pastinya dapat menambah wawasan agama dan wawasan yang lain seperti kitab Fathul baari, Syarah Shahih Muslim, sastra muslim, sastra Arab, sastra Persia, dan buku ihya karangan Imam Ghazali. Farid membaca buku fiqh. Rizqaan sudah pintar membaca kitab-kitab Tafsir Klasik. Harman dan Farha masing-masing penggemar buku dan bacaan. Sastra, social, politik, dan agama.
Mereka juga membaca buku-buku atau kitab-kitab yang pastinya dapat menambah wawasan agama dan wawasan yang lain seperti kitab Fathul baari, Syarah Shahih Muslim, sastra muslim, sastra Arab, sastra Persia, dan buku ihya karangan Imam Ghazali. Farid membaca buku fiqh. Rizqaan sudah pintar membaca kitab-kitab Tafsir Klasik. Harman dan Farha masing-masing penggemar buku dan bacaan. Sastra, social, politik, dan agama.
Mereka dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapkan selalu memohon pertolongan Allah Swt., walaupun itu masalah orang yang mereka cintai, pekerjaan, atau masalah dengan sahabat. Farid mengeluh “dari semester tiga, aku sudah berkeinginan untuk menikah. Namun, hingga kini, semester Sembilan, aku belum juga nikah. Terkadang hatiku merasa iri jika melihat beberapa teman seangkatanku yang datang berboncengan ke kampus dengan istrinya. ……kepada siapa lagi aku mengadukan keinginanku, selain kepada-Nya?” (Sepertiga malam: 10). “…saya sudah ingin sekali menikah. Saya khawatir terjebak dalam perzinaan, bila saya terus menunda menikah lebih lama lagi” (Sandiwara Langit: 3). “Bapak! Apa yang akan kupersembahkan padamu? Dan kapan?!?” ( Disangkanya Cinta: 132).
Sifat-sifat yang kontradiktif dan konstruktif
Di dalam tiga chick lit relijius atau islam yang dianalisis memiliki tokoh-tokoh yang sangat hidup dan manusia, dan ditampilkan penuh dengan kontradiksi dan keistiqomahan. Mereka bersikap sahaja dan sederhana dalam hal penampilan, pekerjaan, serta sikap yang konstruktif sebagai seorang muslim. Mereka sangat menjaga yang namanya hati dan syahwat (hawa nafsu) dengan agama dan keimanan mereka sebagai seorang muslim. Secara keselurahan bagi mereka hati dan syahwat ibarat kuda binal, sedangkan agama dan keimanan ibarat tali kekangnya. Jika tali kekangnya dipegang erat-erat, dikendalikan dengan benar, maka kuda binal dapat dikendalikan dan dapat mengantarkan manusia ke tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, jika tali kekang tidak dipergunakan, maka kuda binal akan lari dan tidak terkontrol, bahkan penumpangnya bisa jatuh dalam kesakitan. Namun tidak terpungkiri pula, semua jenis chick lit dan sebagian dari chick lit relijius menceritakan hubungan-hubungan seperti kissing, necking, dan sebagainya. Nmaun tidak sampai pada hubungan intercross atau hubungan layaknya suami istri. Seperti jenis chick lit yang lainnya, pembaca takkan menemukan adegan maupun kata-kata porno chick lit apalagi chick lit relijius. Tak ada kata-kata langsung untuk hal-hal yang disembunyikan: kata payudara dan penis diganti dengan kata “gunung” dan “daerah terlarang”. Farid dalam Sepertiga Malam menolak ajakan sifa untuk segera menghamilinya. Di dalam novel Sepertiga Malam, pengarang mengatakan “Novel ini sengaja penulis tulisdengan gaya bahasa yang (mungkin) sedikit vulgar, sebagai bahan renungan untuk mengambil hikmah dari kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain.”
Di dalam tiga chick lit relijius atau islam yang dianalisis memiliki tokoh-tokoh yang sangat hidup dan manusia, dan ditampilkan penuh dengan kontradiksi dan keistiqomahan. Mereka bersikap sahaja dan sederhana dalam hal penampilan, pekerjaan, serta sikap yang konstruktif sebagai seorang muslim. Mereka sangat menjaga yang namanya hati dan syahwat (hawa nafsu) dengan agama dan keimanan mereka sebagai seorang muslim. Secara keselurahan bagi mereka hati dan syahwat ibarat kuda binal, sedangkan agama dan keimanan ibarat tali kekangnya. Jika tali kekangnya dipegang erat-erat, dikendalikan dengan benar, maka kuda binal dapat dikendalikan dan dapat mengantarkan manusia ke tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, jika tali kekang tidak dipergunakan, maka kuda binal akan lari dan tidak terkontrol, bahkan penumpangnya bisa jatuh dalam kesakitan. Namun tidak terpungkiri pula, semua jenis chick lit dan sebagian dari chick lit relijius menceritakan hubungan-hubungan seperti kissing, necking, dan sebagainya. Nmaun tidak sampai pada hubungan intercross atau hubungan layaknya suami istri. Seperti jenis chick lit yang lainnya, pembaca takkan menemukan adegan maupun kata-kata porno chick lit apalagi chick lit relijius. Tak ada kata-kata langsung untuk hal-hal yang disembunyikan: kata payudara dan penis diganti dengan kata “gunung” dan “daerah terlarang”. Farid dalam Sepertiga Malam menolak ajakan sifa untuk segera menghamilinya. Di dalam novel Sepertiga Malam, pengarang mengatakan “Novel ini sengaja penulis tulisdengan gaya bahasa yang (mungkin) sedikit vulgar, sebagai bahan renungan untuk mengambil hikmah dari kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain.”
Dalam chick lit relijius atau islami juga, para tokoh sangat anti dengan yang namanya “pacaran”. Karena dengan melakukan aktivitas pacaran akan merusak bahkan menjatuhkan orang dalam lembah dosa maksiat dan dosa. Harman, jangankan pacaran, di pesantren tempatnya pondok karang berkenalan atau berhubungan dengan anak perempuan dan pada saat ia kuliah di perguruan tinggi dan keadaan ini berlangsung hingga umur mendekati tiga puluh limaan karena yang diingatnya pacaran itu bisa mendekati pada perzinaan. Dan perzinaan membawa dosa (Disangkanya Cinta: 122). Sementara Farid dalam Sepertiga Malam, setelah berkenalan dengan sifa lewat hand phone dan tertarik karena cita-cita sifa yang ingin menjadi istri yang shalihah membuat Farid langsung mengajaknya menikah tanpa hubungan pacaran. Farid berpendapat bahwa pacaran itu sudah membuka pintu zina, bukan mendekati zina lagi (Sepertiga Malam: 74). Sedangkan Rizqaan ingin sekali menikah karena takut terjebak dalam perzinaan. Oleh karena itu, dalam ketiga chick lit ini, para tokoh sangat berhati-hati dalam bergaul dengan wanita yang bukan muhrim mereka. Harman dalam Disangkanya Cinta, paling takut, bilamana seorang gadis mengajak kenalan, bahkan menjamah tangannya mengajak berkencan. Sehingga membuat jantungnya berdebar ketakutan (Hal. 123). Sedangkan Rizqaan dalam Sandiwara langit, bahkan secara refleks menampar wajah wanita yang bukan muhrimnya itu, karena wanita itu minta dicium.
Selain itu, Mereka sabar dalam menghadapi masalah. Sesabar Rizqaan yang harus menerima ujian dari Allah, yakni rumah dan pabrik rotinya terbakar habis dan menewaskan ayahnya tercinta yang tidak sempat diselamatkan. Dan sesabar Harman menerima olok-olok dari teman-temannya karena Harman tidak mau pacaran dan ia lebih banyak menutup mata telinga dari pada memperhatikan dan menanggapi. Mereka juga terbuka dalam menerima pendapat dan kritik dari orang lain. Seterbuka Harman yang menerima pendapat dan kritik dari orang tuanya agar segera menikah dan seterbuka Farid terhadap sahabatnya tanpa ada batas mengenai kehidupannya. Tetapi, mereka juga berani mengungkapkan gagasan dan kritiknya terhadap orang lain. Sekritis Farid yang tidak setuju dan mengatakan salah perkataan dosennya yang mengatakan bahwa jodoh itu kita yang menentukan, kita yang memilih. Menurut Farid sudah jelas bahwa jelas bahwa jodoh, mati, dan rezeki itu di tangan Allah. Allah yang menentukan dan berkuasa. Dalam hal cinta, tepatnya pernikahan, mereka (sebagai pria) tidak punya sikap malu-malu. Farid dengan sholat istikharahnya yakin dan segera mengungkapkannya perasaan cintanya sekaligus mengajaknya untuk segera menikah. Harman juga demikian yang langsung datang ke rumah Farha dengan niat melamar. Sedangkan Rizqaan juga langsung mengutarakan niatnya untuk menikahi Halimah kepada orang tua Halimah. Sikap ini tertanam walaupun mereka belum mencapai posisi yang relative dalam dunia profesi.
Wanita yang Shalihah
Ketiga chick lit relijius ini, menampilkan para tokoh pria yang tak sembarangan mencari pasangan atau menjatuhkan perasaan cintanya pada seorang wanita. Wanita shalihah adalah wanita yang mereka idam-idamkan selama hidup mereka. Karena mereka juga pria yang shalih, sehingga mencari wanita yang shalihah pula. Harman yang dikenal sebagai pria yang sangat anti dengan pacaran, tiba-tiba jatuh hati pada seorang wanita cantik berjilbab.Harman berkata “Wajah itu memang ayu dan manis. Suaranya merdu. Apalagi, hm, rambutnya itu. Tak terlihat, tersembunyi di balik jilbab yang dikenakan. Sesuatu yang selalu didambakan selama ini.” (Disangkanya Cinta: 126). Begitu juga dengan Rizqaan yang menyukai seorang muslimah berjilbab. Sementara Farid dipertemukan Allah oleh seorang wanita yang selama ini ia dambakan dalam doa yang selalu dipanjatkan di sepertiga malam. Doa itu berbunyi: “Ya Allah, kirimkanlah kepadaku seorang gadis yang shalihah, mencintaiku, cantik, dan belia…..” (Sepertiga Malam: 9).
Ketiga chick lit relijius ini, menampilkan para tokoh pria yang tak sembarangan mencari pasangan atau menjatuhkan perasaan cintanya pada seorang wanita. Wanita shalihah adalah wanita yang mereka idam-idamkan selama hidup mereka. Karena mereka juga pria yang shalih, sehingga mencari wanita yang shalihah pula. Harman yang dikenal sebagai pria yang sangat anti dengan pacaran, tiba-tiba jatuh hati pada seorang wanita cantik berjilbab.Harman berkata “Wajah itu memang ayu dan manis. Suaranya merdu. Apalagi, hm, rambutnya itu. Tak terlihat, tersembunyi di balik jilbab yang dikenakan. Sesuatu yang selalu didambakan selama ini.” (Disangkanya Cinta: 126). Begitu juga dengan Rizqaan yang menyukai seorang muslimah berjilbab. Sementara Farid dipertemukan Allah oleh seorang wanita yang selama ini ia dambakan dalam doa yang selalu dipanjatkan di sepertiga malam. Doa itu berbunyi: “Ya Allah, kirimkanlah kepadaku seorang gadis yang shalihah, mencintaiku, cantik, dan belia…..” (Sepertiga Malam: 9).
Tema
Adapun tema yang menonjol secara merata muncul dalam chick lit-chick lit ini yaitu cinta, agama, dan profesi. Dimana tema cinta , baik cinta kepada lawan jenis maupun cinta kepada Sang Pencipta dengan tema agama ini saling berhubungan.
Tema agama kuat dalam ketiga chick lit relijius ini. Ketiga cerita yang dibahas menampilkan tokoh yang masing-masing paham dalam agama. Dan mereka menjadikan agama sebagai pengontrol kehidupan mereka dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Farid adalah pemuda yang sering melakukan shalat tahajjud di sepertiga malam dan selalu menumpahkan masalahnya dengan berdoa pada Allah di waktu sepertiga malam sesuai dengan judul novelnya. Seluruh perjalanan hidup Farid digunakan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Demikian juga dengan Rizqaan yang menyerahkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah disamping berusaha untuk mendapatkan ridho-Nya. Sedangkan Harman juga menjadikan hidupnya untuk menjauhi segala larangan-Nya dan mematuhi segala Perintah-Nya. Salah satunya dengan tidak berpacaran karena pacaran mendekatkan orang pada perzinaan.
Tema profesi juga ada dalam chick lit ini. Ketiga novel yang dibahas menampilkan tokoh yang bekerja dengan keras. Farid walaupun masih kuliah semester Sembilan, tapi sudah bekerja di sebuah lembaga bimbingan belajar. Kemudian dari mengajar pada salah satu bimbingan belajar, tapi dua bimbingan belajar sekaligus. Rizqaan pada awalnya hanya bekerja sebagai penjual roti keliling. Kemudian Rizqaan membuat usaha roti sendiri yang pada akhirnya Rizqaan menjadi seorang pengusaha Roti yang sukses. Harman seorang yang bekerja di sebuab perusahan dan mempunyai jabatan tinggi di perusahaan itu.
Namun, bagi mereka, pekerjaan yang mereka lakoni tidak begitu penting. Pekerjaan bagi mereka adalah sebuah ujian karena dari hasil pekerjaan itu mereka mendapat uang dan uang itulah yang menjadi ujian bagi mereka. Selain itu, keberhasilan mereka dalam pekerjaan, cinta dan tanggung jawab mereka pada pekerjaan banyak menuntut dari diri mereka. Misalnya Farid nyaris tidak punya waktu untuk mengerjakan skripsinya. Rizqaan sudah jarang ikut pengajian lagi karena pekerjaannya sebagai penjual roti keliling. Dan beberapa halaman (Sandiwara langit: 27-40) memperlihatkan kesibukan luar biasa Rizqaan dalam Sandiwara Langit. Rizqaan mengaku “Sebenarnya selama ini juga saya sudah kangen dengan pengajian.” (Hal. 43).
Keakraban Keluarga
Seperti halnya dengan jenis-jenis chick lit yang lain, ketiga chick lit relijius/islami ini juga memperlihatkan Susana keluarga yang akrab, meskipun antara ansk dan orang tua, adik kakak terjadi persaingan atau timbul rasa iri dan setiap tokoh utama mempunyai keluarga yang bahagia. Ibu Farid menyuapi Farid makanan dengan tangan Ibunya atas permintaan Farid. Farid berkata “Aku merasa ibu adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menjagaku.” (Sepertiga Malam: 199). Rizqaan memanggil orang tuanya untuk tinggal di rumah barunya.
Seperti halnya dengan jenis-jenis chick lit yang lain, ketiga chick lit relijius/islami ini juga memperlihatkan Susana keluarga yang akrab, meskipun antara ansk dan orang tua, adik kakak terjadi persaingan atau timbul rasa iri dan setiap tokoh utama mempunyai keluarga yang bahagia. Ibu Farid menyuapi Farid makanan dengan tangan Ibunya atas permintaan Farid. Farid berkata “Aku merasa ibu adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menjagaku.” (Sepertiga Malam: 199). Rizqaan memanggil orang tuanya untuk tinggal di rumah barunya.
Akhir yang Menyedihkan
Cinta merupakan tema yang menjadi cirri utama chick lit. dan seyogyanya cinta itu dibuktikan dalam suatu bentuk pernikahan yang menyahkan hubungan mereka sebagai pasangan. Cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukkan keluarga dan pemeliharaan anak. Namun, ketiga Chick lit relijius/islami ini menunjukkan akhir yang menyedihkan bagi para tokoh utamanya. Rizqaan dalam Sandiwara Langit, harus sabar menghadapi kenyataan walaupun mereka sudah sah menjadi suami istri, tetapi pada pada waktu yang tidak lama, istrinya meninggal akibat mengidap penyakit leukemia. Sementara Farid dalam Sepertiga Malam harus melewati hari-harinya tanpa orang yang dicintainya, Sifa. Sifa meninggalkan Farid akibat Sikap Farid yang memaki-maki Sifa pada saat mereka bertengkar yang mengakibatkan Sifa takut pada Farid. Walaupun Farid sudah menyesal dan mengajaknya kembali, tapi Sifa memiliki pendirian yang teguh, bahkan mengganti nomor Hp-nya agar Farid tak dapat menghubunginya lagi. Sementara Harman harus menerima kenyataan kalau wanita yang membuatnya jatuh cinta selama ini ternyata sudah memiliki anak. Akhir-akhir yang menyedihkan ini merupakan pukulan terberat pada para tokoh. Namun, itu semua tidak serta merta membawa dampak negative pada para tokoh, tapi juga membawa dampak positif pada mereka. Dalam novel Sepertiga Malam, akibat perpisahan Farid dan Sifa, membuat ketakwaan Farid bertambah dan berusaha untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa. Farid berdoa di Sepertiga Malam “Selama ini, aku memang bukan Hamba-Mu yang bertakwa dan shalih. Tapi, tekadku sdah bulat untuk berusaha sekuat tenaga menjadi hamba-Mu yang paliiing bertakwa, paliiing shalih, dan paliiing baik.” (Hal. 426). Sementara Rizqaan dalam Sandiwara Langit, Ia bersedih, tapi juga berbangga dengan istrinya yang telah meninggal. Kesedihannya pupus perlahan karena rasa bangga bercampur rasa iri yang menyejukkan jiwa. Betapa berbahagianya Halimah (Hal. 203) karena atas Izin Allah, Istrinya akan masuk surge karena meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya (Sunan At-Tirmidzi dalam Kitab Ar-Radhaa’, bab: Riwayat tentang hak suami terhadap istrinya, Hadist No. 1161 dan Ibnu Majah Hadist no. 1854). Sedangkan Harman dalam Disangkanya Cinta, walaupun kecewa mejadikannya hamba yang bersyukur karena tahu bahwa ada hikmah dibalik itu semua dengan mengucap “Wallahu’alam Wal-hamdulillaahi Robbil’aalamien.” (Hal. 133).
Cinta merupakan tema yang menjadi cirri utama chick lit. dan seyogyanya cinta itu dibuktikan dalam suatu bentuk pernikahan yang menyahkan hubungan mereka sebagai pasangan. Cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukkan keluarga dan pemeliharaan anak. Namun, ketiga Chick lit relijius/islami ini menunjukkan akhir yang menyedihkan bagi para tokoh utamanya. Rizqaan dalam Sandiwara Langit, harus sabar menghadapi kenyataan walaupun mereka sudah sah menjadi suami istri, tetapi pada pada waktu yang tidak lama, istrinya meninggal akibat mengidap penyakit leukemia. Sementara Farid dalam Sepertiga Malam harus melewati hari-harinya tanpa orang yang dicintainya, Sifa. Sifa meninggalkan Farid akibat Sikap Farid yang memaki-maki Sifa pada saat mereka bertengkar yang mengakibatkan Sifa takut pada Farid. Walaupun Farid sudah menyesal dan mengajaknya kembali, tapi Sifa memiliki pendirian yang teguh, bahkan mengganti nomor Hp-nya agar Farid tak dapat menghubunginya lagi. Sementara Harman harus menerima kenyataan kalau wanita yang membuatnya jatuh cinta selama ini ternyata sudah memiliki anak. Akhir-akhir yang menyedihkan ini merupakan pukulan terberat pada para tokoh. Namun, itu semua tidak serta merta membawa dampak negative pada para tokoh, tapi juga membawa dampak positif pada mereka. Dalam novel Sepertiga Malam, akibat perpisahan Farid dan Sifa, membuat ketakwaan Farid bertambah dan berusaha untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa. Farid berdoa di Sepertiga Malam “Selama ini, aku memang bukan Hamba-Mu yang bertakwa dan shalih. Tapi, tekadku sdah bulat untuk berusaha sekuat tenaga menjadi hamba-Mu yang paliiing bertakwa, paliiing shalih, dan paliiing baik.” (Hal. 426). Sementara Rizqaan dalam Sandiwara Langit, Ia bersedih, tapi juga berbangga dengan istrinya yang telah meninggal. Kesedihannya pupus perlahan karena rasa bangga bercampur rasa iri yang menyejukkan jiwa. Betapa berbahagianya Halimah (Hal. 203) karena atas Izin Allah, Istrinya akan masuk surge karena meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya (Sunan At-Tirmidzi dalam Kitab Ar-Radhaa’, bab: Riwayat tentang hak suami terhadap istrinya, Hadist No. 1161 dan Ibnu Majah Hadist no. 1854). Sedangkan Harman dalam Disangkanya Cinta, walaupun kecewa mejadikannya hamba yang bersyukur karena tahu bahwa ada hikmah dibalik itu semua dengan mengucap “Wallahu’alam Wal-hamdulillaahi Robbil’aalamien.” (Hal. 133).
Kesimpulan
Tokoh-tokoh utama dalam chik lit relijius atau islami yang lahir dengan kesederhanaan tapi sopan yang mempunyai tipikal pekerja keras mampu bekerja sebagai media untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan tanpa pacar, tapi dengan itu semua membuat ketakwaan mereka bertambah dan merasa bahagia karena merasa rahmat Allah turun bersama mereka, serta menjauhkan mereka dari perbuatan maksiat dan tercela. Dengan agama dan keimanan, mereka dapat mengontrol hati dan syahwat mereka untuk melawan godaan dunia yang bisaja menjerumuskan mereka dalam lembah kemaksiatan. Cinta sejati mereka untuk membuat pengikat yang kokoh antara mereka dan Allah, sehingga mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas, mengikuti perintah-perintah-Nya dan berpegang teguh pada syariat-Nya. Namun demikian, tidak bisa melepaskan mereka dari rasa suka mereka terhadap lawan jenis. Dan rasa suka itu hanya diberikan kepada lawan jenis yang sama mereka, yakni laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula. Dan rasa inilah yang paling menguji kekuatan agama dan keimanan mereka sebagai seorang muslim.
Sebagai orang yang beriman, mereka dihadapkan pada masalah yang juga akan menguji keimanan mereka. Namun, mereka mampu sabar , meminta petunjuk pada Allah dan juga menyerahkan semuanya pada Allah yang Maha Menentukan. Ini dikarenakan juga karena dukungan keluarga yang saling menyayangi.
Tokoh-tokoh utama dalam chik lit relijius atau islami yang lahir dengan kesederhanaan tapi sopan yang mempunyai tipikal pekerja keras mampu bekerja sebagai media untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan tanpa pacar, tapi dengan itu semua membuat ketakwaan mereka bertambah dan merasa bahagia karena merasa rahmat Allah turun bersama mereka, serta menjauhkan mereka dari perbuatan maksiat dan tercela. Dengan agama dan keimanan, mereka dapat mengontrol hati dan syahwat mereka untuk melawan godaan dunia yang bisaja menjerumuskan mereka dalam lembah kemaksiatan. Cinta sejati mereka untuk membuat pengikat yang kokoh antara mereka dan Allah, sehingga mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas, mengikuti perintah-perintah-Nya dan berpegang teguh pada syariat-Nya. Namun demikian, tidak bisa melepaskan mereka dari rasa suka mereka terhadap lawan jenis. Dan rasa suka itu hanya diberikan kepada lawan jenis yang sama mereka, yakni laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula. Dan rasa inilah yang paling menguji kekuatan agama dan keimanan mereka sebagai seorang muslim.
Sebagai orang yang beriman, mereka dihadapkan pada masalah yang juga akan menguji keimanan mereka. Namun, mereka mampu sabar , meminta petunjuk pada Allah dan juga menyerahkan semuanya pada Allah yang Maha Menentukan. Ini dikarenakan juga karena dukungan keluarga yang saling menyayangi.
Nilai-nilai yang dijunjung ssesuai dengan dunia dimana mereka hidup. Nilai diberikan pada kerja keras, keterbukaan, dan kesederhanaan mereka di tengah perkembangan Iptek yang begitu pesat dan mampu membuat mereka berhasil menjalani dunia dengan memakai aturan yang ditetapkan Allah Swt. Untuk kehidupan yang kekal, yakni kehidupan akhirat.
Dengan demikian, chick lit relijius/ islami ini sebenarnya mempunyai nilai-nilai sendirinya pada tokoh utama dalam chick lit relijius ini. Seperti genre-genre yang lain, genre ini mempunyai segi pragmatic yang kuat, memberi contoh perilaku yang sangat baik sesuai tuntunan agama, dan meingingatkan untuk membuat satu tujuan dalam hidup. Dalam chick lit ini, yakni hidup untuk beribadah hanya kepada Allah Swt. Namun, secara khusus dalam ketiga chick lit relijius/ islami ini yang menjadi realisasi dari memberi contoh yang baik adalah sifat keikhlasan dan kesabaran dari para tokoh atas akhir yang bagi saya sangat menyedihkan. Tetapi karena keimanan yang sangat istiqamah dari para tokoh membuat jiwa mereka lapang dada menerima semua yang sudah digariskan oelh Allah Swt. Bagi saya, nilai keikhlasan dan kesabaran sini sangat tinggi karrena ikhlas dan sabar merupakan tiket untuk mendapat gelar beriman dan bertakwa dari Allah Swt., sehingga patut dimiliki oleh para pembaca dan semua umat manusia. Seorang pembaca Sandiwara langit menulis demikian “ …..Buku ini cocok dan sangat bermanfaat untuk dijadikan ‘kado terindah’ bagi sanak, kerabat dan orang-orang yang kita cintai dalam rangka membangun iman dan ketakwaan.” Dan beberapa komentar yang lainnya yang dijadikan sumber data, juga mengungkapkan kegunaan chick lit relijius/ islami. Para muslim dan muslimah, bahkan semua orang bisa belajar sesuatu bukan hanya tentang kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan akhiratnya kelak dari ketiga chick lit relijius tersebut.
Daftar Pustaka
Basyier, Abu Umar. 2008. Sandiwara Langit. Sukoharjo: Shofa Media Republika.
Elly, Fatma. 2008. Terpasung. Jakarta: Establitz
Erfad, Syaiful. 2009. Sepertiga Malam. Jogjakarta: DIVA Press.
Fenti Indriani, Manusia Dan Cinta Kasih: CwE yAnG kEsEpIaN, http://indrie.ngeblogs.com/2009/11/05/manusia-dan-kasih/
Mashad, Dhurorudin. 2005. Seri Kisah Jenaka: Sarat Makna 2. Jakarta: Erlangga
Basyier, Abu Umar. 2008. Sandiwara Langit. Sukoharjo: Shofa Media Republika.
Elly, Fatma. 2008. Terpasung. Jakarta: Establitz
Erfad, Syaiful. 2009. Sepertiga Malam. Jogjakarta: DIVA Press.
Fenti Indriani, Manusia Dan Cinta Kasih: CwE yAnG kEsEpIaN, http://indrie.ngeblogs.com/2009/11/05/manusia-dan-kasih/
Mashad, Dhurorudin. 2005. Seri Kisah Jenaka: Sarat Makna 2. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar