Pendahuluan
Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra. Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya. Karya sastra dituntut untuk memberikan hiburan (entertainment), maka keindahan,kesegaran,kemenarikan,manfaat,dan sejenisnya harus menyertai karya sastra itu. Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah sesuatu yang ingin diungkapkan pada pembaca. Abrams (1976:6) mengemukakan ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam menganalisis karya sastra, yaitu :
1. Pendekatan objektif (objective criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra.
2. Pendekatan ekspresif (expressive criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada penulis.
3.Pendekatan mimetik (mimetic criticism), yaitu kajian sastra yang menitik-beratkan terhadap semesta/alam.
4. Pendekatan pragmatik (pragmatic criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada pembaca.
berkaitan dengan pendekatan pragmatik, bahwa kedudukan pembaca karya sastra sebagai faktor yang menentukan berhasil tidaknya karya sastra itu. Oleh karena itu, pada makalah ini, penyusun akan mengkaji puisi ”Al-Quran Nan Indah” karya Muhammad Thohir berdasarkan Teori Resepsi melalui pendekatan pragmatik.
Kerangka Teori
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai karya sastra berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam karya sastra.Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat,perkembangannya, dan penyebarluasannya,sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra,tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Teori-teori poststrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab semata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.Salah satunya yaitu Teori Resepsi.
Teori Resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks,cara-cara pemberian makna terhadap karya,sehingga dapat memberikan respons. Respons yang dimaksud tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca,melainkan pembaca sebagai proses sejarah,pembaca dalam periode tertentu.
Peranan pembaca,seperti disebukan di atas benar-benar merupakan pembalikan paradigma secara total,pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreatif diberikan fungsi utama,sebab pembacalah yang menikmati,menilai,dan memanfaatkannya.
Pembahasan
I. Puisi
AL-QUR’AN NAN INDAH
(karya Muhammad Thohir)
Indahnya rumah-rumah itu yang
Al-Qur’an sebagai hiasan dindingnya
Dinding-dinding yang merona dan menyapa
Dengan kalimat-kalimat penuh makna
Namun,
indahkan Al-Qur’an itu
Dari hiasan dinding menjadi hiasan bibir
Bibir-bibir yang bergetar
Melantunkan melodi makrifat
Mengerti maupun belum memahami
Getaran Al-Qur’an dari bibir-bibir itu
Membuka pintu-pintu keindahan
Lewatlah pintu keindahan itu
Masukkan Al-Qur’an
Dari hiasan bibir menjadi hiasan qolbu
Betapa indahnya qolbu berhias Qur’an
Betapa cerah qolbu itu
Penuh cahaya di lubuknya
Sinarnya membekas di qolbu-qolbu yang mendekati
Qolbu yang sehat dan cerdas
Khazanah Nafsu Muthma’innah
Namun,
Lihat, puncak keindahan itu
Ketika aktualisasi Al-Qur’an
Dari hiasan qolbu menjadi hiasan perilaku
Indah nan cantik perilaku
Yang berhias Al-Qur’an
Pribadi murah hati yang dimuliakan
Pribadi mulia nan elegan
Pribadi rendah hati yang ditinggikan
Pribadi harum nan semerbak
Pribadi Taqwa Bahagia dan membahagiakan orang lain
Senang bila menyenangkan orang lain
Peduli dan memberi
Bagai hadiah untuk diri sendiri
Sekaranglah saat untuk menikmatinya
II. Analisis Puisi
Jika dilihat dari pendekatan pragmatik,maka karya sastra puisi “Al-Quran Nan Indah” ini akan memiliki citra yang sama dari tiap-tiap pembacanya.Hal ini disebabkan karena puisi ini mudah dipahami sehingga tidak ada perbedaan penafsiran dari pembaca satu dengan pembaca lainnya.
Dilihat dari pandangan estetika,para pembaca akan mengutarakan pendapatnya bahwa karya sastra puisi ini adalah karya sastra yang indah,dilihat dari struktur penyampaian atau penulisannya.Sedangkan jika pembaca melihat puisi ini berdasarkan pelajaran/ pendidikan,apa yang dia diterima,maka pembaca akan berpendapat bahwa karya sastra ini merupakan karya sastra yang sangat baik. Karena puisi ini secara tidak langsung memberikan pelajaran pada pembaca tentang keindahan dari Al-Qur’an. Keindahan yang dimaksud adalah manfaat dari Al-Quran itu sendiri.
Misalya pada bait 1:
1. Pendekatan objektif (objective criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra.
2. Pendekatan ekspresif (expressive criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada penulis.
3.Pendekatan mimetik (mimetic criticism), yaitu kajian sastra yang menitik-beratkan terhadap semesta/alam.
4. Pendekatan pragmatik (pragmatic criticism), yaitu kajian sastra yang menitikberatkan pada pembaca.
berkaitan dengan pendekatan pragmatik, bahwa kedudukan pembaca karya sastra sebagai faktor yang menentukan berhasil tidaknya karya sastra itu. Oleh karena itu, pada makalah ini, penyusun akan mengkaji puisi ”Al-Quran Nan Indah” karya Muhammad Thohir berdasarkan Teori Resepsi melalui pendekatan pragmatik.
Kerangka Teori
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai karya sastra berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam karya sastra.Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat,perkembangannya, dan penyebarluasannya,sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra,tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Teori-teori poststrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab semata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.Salah satunya yaitu Teori Resepsi.
Teori Resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks,cara-cara pemberian makna terhadap karya,sehingga dapat memberikan respons. Respons yang dimaksud tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca,melainkan pembaca sebagai proses sejarah,pembaca dalam periode tertentu.
Peranan pembaca,seperti disebukan di atas benar-benar merupakan pembalikan paradigma secara total,pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreatif diberikan fungsi utama,sebab pembacalah yang menikmati,menilai,dan memanfaatkannya.
Pembahasan
I. Puisi
AL-QUR’AN NAN INDAH
(karya Muhammad Thohir)
Indahnya rumah-rumah itu yang
Al-Qur’an sebagai hiasan dindingnya
Dinding-dinding yang merona dan menyapa
Dengan kalimat-kalimat penuh makna
Namun,
indahkan Al-Qur’an itu
Dari hiasan dinding menjadi hiasan bibir
Bibir-bibir yang bergetar
Melantunkan melodi makrifat
Mengerti maupun belum memahami
Getaran Al-Qur’an dari bibir-bibir itu
Membuka pintu-pintu keindahan
Lewatlah pintu keindahan itu
Masukkan Al-Qur’an
Dari hiasan bibir menjadi hiasan qolbu
Betapa indahnya qolbu berhias Qur’an
Betapa cerah qolbu itu
Penuh cahaya di lubuknya
Sinarnya membekas di qolbu-qolbu yang mendekati
Qolbu yang sehat dan cerdas
Khazanah Nafsu Muthma’innah
Namun,
Lihat, puncak keindahan itu
Ketika aktualisasi Al-Qur’an
Dari hiasan qolbu menjadi hiasan perilaku
Indah nan cantik perilaku
Yang berhias Al-Qur’an
Pribadi murah hati yang dimuliakan
Pribadi mulia nan elegan
Pribadi rendah hati yang ditinggikan
Pribadi harum nan semerbak
Pribadi Taqwa Bahagia dan membahagiakan orang lain
Senang bila menyenangkan orang lain
Peduli dan memberi
Bagai hadiah untuk diri sendiri
Sekaranglah saat untuk menikmatinya
II. Analisis Puisi
Jika dilihat dari pendekatan pragmatik,maka karya sastra puisi “Al-Quran Nan Indah” ini akan memiliki citra yang sama dari tiap-tiap pembacanya.Hal ini disebabkan karena puisi ini mudah dipahami sehingga tidak ada perbedaan penafsiran dari pembaca satu dengan pembaca lainnya.
Dilihat dari pandangan estetika,para pembaca akan mengutarakan pendapatnya bahwa karya sastra puisi ini adalah karya sastra yang indah,dilihat dari struktur penyampaian atau penulisannya.Sedangkan jika pembaca melihat puisi ini berdasarkan pelajaran/ pendidikan,apa yang dia diterima,maka pembaca akan berpendapat bahwa karya sastra ini merupakan karya sastra yang sangat baik. Karena puisi ini secara tidak langsung memberikan pelajaran pada pembaca tentang keindahan dari Al-Qur’an. Keindahan yang dimaksud adalah manfaat dari Al-Quran itu sendiri.
Misalya pada bait 1:
Indahnya rumah-rumah itu
Al-Qur’an sebagai hiasan dindingnya
Dinding-dinding yang merona dan menyapa
Dengan kalimat-kalimat penuh makna
Al-Qur’an sebagai hiasan dindingnya
Dinding-dinding yang merona dan menyapa
Dengan kalimat-kalimat penuh makna
Pelajaran yang dapat diambil pembaca dari bait ini adalah manfaat pertama dari Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an yang terdiri dari kalimat-kalimat yang penuh makna dapat menghiasi dinding rumah-rumah yang menyapa setiap tamu yang datang ataupun pemilknya. Terlihat pada baris – Dinding-dinding yang merona dan menyapa – Dengan kalimat-kalimat penuh makna - bahwa dinding yang merona dan menyapa (dinding yang dihiasi tulisan Al-Qur’an) yang mempunyai makna yang sangat dalam,yakni berisi larangan dan perintah-Nya dan beberapa kisah-kisah nabi.
Kemudian pada bait 2 :
Namun,
Indahkan Al-Qur’an itu
Dari hiasan dinding menjadi hiasan bibir
Bibir-bibir yang bergetar
Melantunkan melodi makrifat
Mengerti maupun belum memahami
Getaran Al-Qur’an dari bibir itu
Membuka pintu-pintu keindahan
Indahkan Al-Qur’an itu
Dari hiasan dinding menjadi hiasan bibir
Bibir-bibir yang bergetar
Melantunkan melodi makrifat
Mengerti maupun belum memahami
Getaran Al-Qur’an dari bibir itu
Membuka pintu-pintu keindahan
Bait ini memberikan manfaat yang kedua dari Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an dapat menjadi hiasan bibir yang selalu melantunkan huruf-huruf Al-Qur’an (mengaji).Dan mengerti ataupun tidaknya makna dari Al-Qur’an itu dengan sendirinya akan membuka pintu-pintu keindahan atau menenangkan dan menyejukkan hati sang Pembaca. Puisi ini memberikan ketenangan dan pengetahuan pada pembacanya.Lewat Al-Qur’an akan membuat hidup seseorang akan bercahaya seperti matahari pagi yang menyinari dan menyejukkan bumi ini. Hal ini nampak pada bait 3 :
Lewatlah pintu keindahan itu
Masukkan Al-Qu’an menjadi hiasan qolbu
Betapa indahnya qolbu berhias Qur’an
Betapa cerah qolbu itu
Penuh cahaya di lubuknya
Sinarnya membekas di qolbu-qolbu yang mendekati
Qolbu yang sehat dan cerdas
Khazanah Nafsu Muthma’innah
Masukkan Al-Qu’an menjadi hiasan qolbu
Betapa indahnya qolbu berhias Qur’an
Betapa cerah qolbu itu
Penuh cahaya di lubuknya
Sinarnya membekas di qolbu-qolbu yang mendekati
Qolbu yang sehat dan cerdas
Khazanah Nafsu Muthma’innah
Bait ini melanjutkan manfaat dari Al-Quran bahwa Al-Qur’an dapat menjadi hiasan qolbu(hati) seseorang jika yang mendekati atau membaca Al-Qur’an itu adalah orang yang berhati cerdas dan sehat sehingga qolbu kita menjadi qolbu yang bersinarkan Al-Qur’an dan dalam diri terdapat khazanah nafsu muthma’innah yaitu nafsu yang tersimpan dalam diri adalah nafsu yang mengajak kita pada kebaikan dan ketentraman. Manfaat-manfaat Al-Qur’an yang diberikan oleh puisi ini saling berkaitsn erat(koheren). Al-Qur’an tidak akan menghiasi qolbu seseorang sebelum ia akrab dengan Al-Qur’an itu sediri. Dalam hal ini setidaknya kita sering membacanya. Kita juga tidak akan bisa akrab dengan Al-Qur’an atau belum bisa membacanya sebelum kita melihat yang bagaimana bentuk dari huruf-huruf Al-Qur’an itu. Dan dalam hal ini untuk mengenal yang bagaimana Al-Qur’an itu setidaknya kita jadikan hiasan dinding rumah kita untuk dilihat. Namun,bila kita tiga manfaat Al-Qur’an di atas bisa di gunakan dalam kehidupan sehari-hari,maka Puisi ini memberi satu manfaat lagi. Dengan kata lain,merupakan puncak dari keindahan Al-Qur’an. Hal ini nampak pada bait 4 :
Namun,
Lihat,puncak keindahan itu
Ketika aktualisasi Al-Qur’an
Dari hiasan qolbu menjadi hiasan perilaku
Indah nan cantik perilaku
Yang berhias Al-Qur’an
Pribadi murah hati yag dimuliakan
Pribadi mulia nan elegan
Pribadi rendah hati yang ditinggikan
Pribadi Taqwa Bahagia dan membahagiakan orang lain
Senang bila menyenangkan orang lain
Peduli dan memberi
Bagai hadiah untuk diri sendiri
Sekaranglah saat untuk menikmatinya
Lihat,puncak keindahan itu
Ketika aktualisasi Al-Qur’an
Dari hiasan qolbu menjadi hiasan perilaku
Indah nan cantik perilaku
Yang berhias Al-Qur’an
Pribadi murah hati yag dimuliakan
Pribadi mulia nan elegan
Pribadi rendah hati yang ditinggikan
Pribadi Taqwa Bahagia dan membahagiakan orang lain
Senang bila menyenangkan orang lain
Peduli dan memberi
Bagai hadiah untuk diri sendiri
Sekaranglah saat untuk menikmatinya
Bait ini bermakna,puncak dari segala manfaat/keindahan Al-Qur’an adalah perilaku yang indah dan cantik. Ketika Al-Qur’an itu menjadi hiasan dinding rumah kemudian menjadi hiasan bibir saat membacanya kemudian menjadi hiasan hati kita walaupun belum memgerti maknanya setidaknya kita merasa dekat dengan-Nya. Kemudian setelah hati berhiaskan Al-Qur’an,kita wujudkan dengan perilaku yang memancarkan cahaya Al-Qur’an sehinggga menjadi pribadi yang murah hati,rendah hati,harum, dan bertaqwa serta peduli dan memberi untuk menyenangkan hati orang lain. Dan itu bagai hadiah untuk diri sendiri. Maksudnya bahwa kita sering membahagiakan orang lain seperti membahagiakan diri sendiri karena buah dari kebaikan itu adalah pahala yang besar bagi kita sendiri yang akan membawa kita kepada surga-Nya. Puisi in juga memberi pelajaran kepada pembaca bahwa tidak ada waktu untuk berubah kearah yang lebih baik selama nafas masih berhembus di dalam diri kita.
Kemudian ditinjau dari segi penulisannya,puisi ini meggunakan diksi yang tepat sehingga membuat pembaca tidak salah menafsirkan dalam memahami makna yang terkandung dalam puisi ini dan pesan yang diterima oleh pembaca sama yang diharapakan oleh penyair.
Penutup
Pada akhirnya, puisi ” Al-Qur’an Nan Indah”ini jika dianalisis atau ditinjau dari segi pendekatan pragmatik, karya ini akan menciptakan persepsi yang beragam,dan bisa dikatakan sebagai satu karya sastra yang berhasil dalam memberikan efek kesenangan estetik dan ajaran/ pendidkan kepada para pembaca khususnya mengenai Al-Qur’an. Tetapi, dalam menilai suatu karya sastra kita tidak dapat menggunakan pendekatan pragmatik saja, akan tetapi harus juga menggunakan pendekatan yang lain, sehingga akan dapat menghasilkan analisis yang sempurna (bagus).
Kemudian ditinjau dari segi penulisannya,puisi ini meggunakan diksi yang tepat sehingga membuat pembaca tidak salah menafsirkan dalam memahami makna yang terkandung dalam puisi ini dan pesan yang diterima oleh pembaca sama yang diharapakan oleh penyair.
Penutup
Pada akhirnya, puisi ” Al-Qur’an Nan Indah”ini jika dianalisis atau ditinjau dari segi pendekatan pragmatik, karya ini akan menciptakan persepsi yang beragam,dan bisa dikatakan sebagai satu karya sastra yang berhasil dalam memberikan efek kesenangan estetik dan ajaran/ pendidkan kepada para pembaca khususnya mengenai Al-Qur’an. Tetapi, dalam menilai suatu karya sastra kita tidak dapat menggunakan pendekatan pragmatik saja, akan tetapi harus juga menggunakan pendekatan yang lain, sehingga akan dapat menghasilkan analisis yang sempurna (bagus).
Daftra Pustaka
Niampe, La dan Sumiman Udu,2008. Teori Sastra. Universitas Haluoleo: Kendari
www.google.com
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar